Detik Menuju Kampus
Memasukan semua barang yang kubawa ke dalam ransel. Mulai dari buku, Pena, Earphone, Handphone dan Laptop beserta Chargernya. Kebutuhan yang biasa di bawa jika belajar di Perpustakaan Daerah di Palembang tempat banyak mahasiswa dan pelajar lainya mengerjakan tugas atau sekedar membaca buku karena terdapat beraneka ragam buku seperti novel, komik dan hampir semua buku pelajaran yang dibutuhkan dapat kita temukan. Disini juga di fasilitasi Wifi gratis. Mengundang banyak mahasiswa dari berbagai kampus manapun datang tidak hanya mengerjakan tugas melainkan juga untuk menikmati jaringan internet yang sudah disediakan.
Setelah menutup loker dan berjalan keluar dari ruang penyimpanan barang. Peraturan disini maupun di perpustakaan manapun menitipkan barang yang kita bawa seperti Ransel dan tas kecil lainya ke dalam ruang yang sudah di sediakan. Guna upaya mencegah hal yang buruk sebelum terjadi. Seperti jika seseorang hendak mencuri buku dan melakukan yang melanggar ketentuan.
Aku harini tidak meminjam buku karena memang kedatanganku hanya untuk mengerjakan tugas yang Deadlinenya siang ini dikumpulkan. Mengisi waktuku yang kosong hingga tengah hari nanti maka aku memutuskan untuk menyelesaikan tugasku disini, karena tidak sulit bagiku untuk datang ke perputakaan yang jaraknya sekitar satu kilo meter dari rumahku yang biasa kutempuh berjalan kaki, untuk itu datanglah aku pagi-pagi sekali bahkan ketika satpam belum datang aku sudah menampakan tubuhku menunggu di depan pagar yang gemboknya saja masih terpasang.
Hingga pukul menunjukan tengah hari tidak terasa aku sudah berada di sini sekitar empat jam lamanya, perutku mulai lapar minta di isi, tengorokanku mulai terassa kering karena di ruangan ber-AC. Juga memang sedari pagi tidak memasukan apapun ke dalam mulut. Menyadari hal tersebut maka akupun memutuskan untuk pergi dari sini, keluar mencari makan sekaligus nantinya pergi menuju kampus karena satu jam lagi mata kuliah pertama hari ini akan dimulai.
Cukup disayangkan, tidak ada yang bisa ketemukan penjual makanan di sekitar sini untuk menganjal perut yang sedari tadi kelaparan. Akhirnya aku memilih untuk membeli sebotol air mineral pada seorang bapak paru baya yang menawarkan dagangannya keliling. Seteleh selesai membayar akupun membuka air mineral itu dengan cepat meminumnya memuaskan dahaga yang meminta dicairkan di suasana siang panas menyegat hari ini.
Setelah bersyukur berkali-kali dapat menemukan sebotol air akupun berpamitan dari pengasong keliling tadi, melanjutkan perjalananku menuju halte tempat aku menunggu seorang teman yang akan menjemputku dari sini dan membawaku kekampus.
Nadya namanya, selain teman pulang dan pergi bersama karena Nadya membawa sepeda motor, kami juga satu kelas dan sesekali mengerjakan tugas bersama baik itu di rumahku atau rumahnya, yang memang tidak jauh dari tempatku tinggal. Sebelumnya, Elsa sudah kuberi tahu untuk menjempuku disini setengah jam sebelum mata kuliah. Memberitahukannya untuk tidak menjemputku dirumah karena terbatasnya daya baterai handphoneku hingga aku mengatakan jika aku tidak bisa dihubungi maka dirinya bisa menemukanku di tempat yang sudah kutentukan.
Setelah sampai perjalananku menuju halte, aku terduduk seorang diri karena tidak ada orang yang datang atau sekedar duduk selain diriku. Sesekali aku menolak seorang pengendara ojek online maupun ojek biasa yang datang kearahku menawarkan jasanya.
Setengah jam aku menunggu Nadya belum ada tanda menampakan diri, aku kembali membuka ransel lalu mengambi Handphone yang ternyata sudah mati karena kehabisan daya.
Ahhhh siallll.....
Kejadian seperti ini sering kali aku alami, ketidak waspadaanku dalam mengendalikan situasi sering kali terjadi. Sering diriku meremehkan hal kecil yang bahkan dapat berujung hal yang merugikan agi diriku sendiri. Contohnya saat ini mungkin saja terjadi sesuatu dengan Nadya kan hingga detik ini dia belum datang dan untuk mengabariku tidak bisa karena ketidakbisaan Hp ku unutk di andalkan.
Dengan segala gerutuanku, aku memasukan Hp yang sudah mati tidak berdaya itu kembali kedalam ransel, sekarang seperempat jam lagi menuju pukul tengah hari. Keadaan dilema mulai menyerang pikiranku yang kusut dan keadaanku yang lapar.
Aku mulai pusing....
Mulai gelisah...
Dan keresahanku mulai melanda dikala godaan datang berkali-kali dari gojek yang datang lewat meliriku. Hingga segela pikiran yang tidak-tidak mulai memojokanku di situasi yang genting ini. Bagaimana jika Elsa lupa untuk membaca pesanku. Kalau begitu apa artinya aku menunggunya berjam-jam disini, jika saja dia tak tahu.
Bagaimana jika aku pergi saja menuju kampus menggunakan ojek.
Bagaimana jika tidak lama setelah aku naik Nadya datang dan tidak menemukanku disini. Hingga diperjalanan kami beriring-iringan di motor yang berbeda dan kulihat raut wajah kecewa Elsa yang rela datang jauh hanya untuk menjemputku.
Rasa khawatir dan gelisah pun mulai merundungiku. Hingga aku memutuskan untuk menunggu tepat setengah jam dari pukul 12: 00.
Aku memandangi jalan yang sangat sibuk dengan lalu lintasnya yang lancar, melihat orang-orang berkendara sesekali menatap kearahku yang mungkin terlihat malang. Atau mereka tidak tahu jika aku sedang di situasi yang sempit dan di landa dilema yang rumit.
Aku memandang pangkalan ojek yang kulewati tadi ketika hendak menuju halte, entahlah dipikiranku mereka menatapku mengejek, seperti aku bisa membaca pikiran mereka “ Mampus ditawari dari tadi nggak mau !!! “. Matilah aku kalau suatu saat, setelah ini harus melangkahka kaki menuju kesana dan mungkin merengek minta di antar pergi dari sini.
Bisa saja itu terjadikan mengingat waktuku yang sempit, untuk sekedar mencari ojek lain kurasa makin sulit.
Ya ampun Nadya.....
Komat-kamit aku memanjatkan doa untuk mendambakan kedatangan seorang Nadya. Tepat setelah itu....
Kulihat sepeda motor mendekat datang dari arah sebelah kiri, aku mengenalinya itu Nadya. Kehadirannnya yang memang diharapkan membuatku menyambutnya penuh drama seperti diselamatkan oleh pahlawan, setidaknya menyelamatkanku dari perasaan malu dari para ojek yang memandangku di kejauhan.
“ Cusss pergi...ampir jadian aku sama mamang ojek disana...” kataku mencairkan suasana setelah eforiaku yang dramatis tadi.
Diperjalanan kami menuju kampus, Nadya kami terdiam aku hanya berdoa semoga kecepatan motor yang di kendalikan Nadya saat ini bisa mengatarkan kami sampai tujuan hingga selamat.
Setelah sampai di kampus, tepatnya di gedung Fakultas tempat kami memarkirkan motor. Aku dan Nadya tahu jika kami akan terlambat namun cukup bersyukur karena berhasil mengejar waktu. Diperjalanan menuju kelas kami berbicang, bersandau gurau terutama aku bercerita dan berandai-andai jika Nadya tidak menemukanku di halte tadi. Nadya menjelaskan keterlambatannya menjumputku, ternyata ban motornya bocor. Hingga Nadya harus menyelesaikan sedikit permasalahan pada motornya dan melanjutkan perjalanan datang dimana tempatku menungg dan untunglah masih menemukanku di waktu yang kritis. Setelah menaiki empat tangga menuju laintai ke tiga. Aku heran kenapa salah satu teman kelasku masih di luar.
Apa dia tidak boleh masuk karena terlambat, sampai dia menunggu di luar ?
Hingga rasa khawatir dan was-was pun mulai menyerangku seiring langkah mendekat, hingga kami disuguhi wajah sumringah Hero dengan senyumnya yang garing.
“ kok di luar ro...?”
“ Ngapain di dalam, dosennya aja nggak ada...” jawabnya. di akhiri dengan tawanya yang terlihat senang sekali dosen tidah hadir harini.
Aku dan Nadya hanya terdiam memadang wajah masing-masing hampir bersamaan.
“ BANGKE....!!!”
Cerita di atas hanya fiksi...
Dulunya hanya sebuah tugas untuk penulisan Feature, lalu saya rubah menjadi cerpen
entah apalah bisa disebut yang lain.
Cerita di atas hanya fiksi...
Dulunya hanya sebuah tugas untuk penulisan Feature, lalu saya rubah menjadi cerpen
entah apalah bisa disebut yang lain.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan